Mengajar Itu Mendidik, Bukan Sekadar Menyampaikan Materi
Oleh: Rahayu Supriyatin, S.Pd
Kepala Sekolah SD Darul Hikam 2 Rancaekek
Ketika seorang guru melangkahkan kaki menuju kelas, sejatinya ia sedang melangkah menuju ladang pahala. Ia bukan hanya membawa buku dan alat tulis, tetapi membawa niat suci: membentuk manusia berakhlak dan berilmu. Di sinilah letak makna sejati dari kalimat “Mengajar itu mendidik, bukan sekadar menyampaikan materi.”
Mengajar Bukan Sekadar Transfer Ilmu
Dalam pandangan Islam, proses belajar bukan hanya proses intelektual, tetapi juga spiritual. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Ahmad)
Hadis ini menegaskan bahwa inti dari pendidikan adalah pembentukan akhlak. Maka, seorang guru dalam Islam bukan hanya pengajar yang menyampaikan informasi, melainkan pendidik yang menanamkan nilai-nilai iman, adab, dan tanggung jawab.
Di SD Darul Hikam 2 Rancaekek, nilai ini hidup dalam keseharian. Setiap guru tidak hanya menjelaskan pelajaran, tetapi juga menuntun hati dan perilaku siswa. Di balik senyum dan sapaan pagi, ada proses mendidik tentang bagaimana bersyukur, menghargai, dan berbagi. Di tengah kegiatan belajar, guru membimbing anak-anak bukan hanya agar bisa menjawab soal, tapi juga agar bisa menimbang benar dan salah dalam hidupnya.
Meneladani Metode Pendidikan Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ adalah pendidik terbaik sepanjang zaman. Beliau tidak hanya berbicara, tapi memberi teladan. Tidak hanya memerintah, tapi menginspirasi. Beliau menanamkan nilai dengan kelembutan dan kasih sayang.
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
(QS. Al-Qalam: 4)
Guru-guru di SD Darul Hikam 2 berusaha meneladani metode ini. Mereka berbicara dengan hati, menyentuh dengan empati, dan menegur dengan kasih. Ketika siswa melakukan kesalahan, guru tidak langsung menghukum, melainkan mengajak berdialog, mengingatkan dengan nasihat lembut, bahkan memeluk jika diperlukan. Karena di Darul Hikam, kami percaya: setiap anak adalah amanah, bukan sekadar peserta didik.
Dalam setiap pembelajaran, nilai-nilai Islam dihidupkan secara nyata. Saat belajar sains, anak-anak diajak merenungi kebesaran Allah melalui ciptaan-Nya. Saat belajar matematika, mereka diajak mengenal keteraturan dan keadilan dalam hukum Allah. Dan saat belajar bahasa, mereka diajarkan bagaimana menggunakan kata untuk kebaikan dan kebenaran.
Dari Kelas Menuju Kehidupan
Di SD Darul Hikam 2, mengajar berarti menyiapkan anak-anak untuk menjadi khalifah di bumi. Maka setiap kegiatan — dari doa pagi, salat berjamaah, hingga berbagi makanan dengan teman — adalah bagian dari pendidikan karakter.
Guru-guru tidak hanya memberi tugas, tapi memberi teladan. Mereka mencontohkan bagaimana mengucapkan salam, bagaimana bersabar menghadapi perbedaan, dan bagaimana meminta maaf ketika melakukan kesalahan. Semua ini bukan teori, tapi nyata di kehidupan sekolah setiap hari.
Ada keindahan tersendiri saat melihat seorang guru yang dengan sabar menuntun anak wudu, membetulkan bacaan doa, atau menenangkan siswa yang sedang sedih. Itulah pendidikan yang sesungguhnya: menyentuh hati sebelum mengisi pikiran.
Pendidikan yang Menghidupkan Nilai
Pendidikan yang sejati adalah pendidikan yang menumbuhkan. Ia menumbuhkan kecintaan pada ilmu, membangun rasa hormat kepada guru dan orang tua, serta menumbuhkan kesadaran bahwa belajar adalah bagian dari ibadah.
Nilai-nilai itu tercermin dalam suasana sekolah: lingkungan yang bersih, guru yang ramah, siswa yang saling menghargai, dan budaya saling mendoakan. Semua bergerak dalam harmoni, seolah menjadi satu keluarga besar yang saling menuntun menuju kebaikan.
Di Darul Hikam, setiap langkah kecil anak-anak menuju kebaikan adalah bagian dari perjalanan panjang menuju insan kamil — manusia seutuhnya. Karena tujuan akhir pendidikan bukan hanya nilai akademik, melainkan keberkahan hidup.
Mengajar dengan Cinta, Mendidik dengan Doa
Menjadi guru berarti siap mencintai tanpa pamrih. Setiap pagi, guru menyiapkan diri bukan hanya dengan rencana pelajaran, tapi juga dengan keikhlasan hati. Mereka tahu, keberhasilan bukan diukur dari seberapa banyak materi tersampaikan, tetapi seberapa banyak nilai kebaikan yang tertanam.
Doa menjadi senjata utama. Doa diucapkan setiap sebelum mengajar, agar setiap kata yang keluar menjadi cahaya penuntun. Doa pula yang dipanjatkan di setiap akhir hari, agar setiap anak tumbuh dalam kebaikan dan perlindungan Allah.
“Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala seperti orang yang melakukannya.” (HR. Muslim)
Hadis ini menjadi penguat bagi setiap guru di Darul Hikam. Bahwa mengajar adalah ibadah, mendidik adalah jalan menuju surga.
Penutup: Mendidik Adalah Amal Jariyah
Di tengah arus dunia modern yang sering menilai keberhasilan dari angka dan prestasi akademik, SD Darul Hikam 2 Rancaekek berdiri dengan keyakinan bahwa pendidikan yang sesungguhnya adalah pendidikan yang memanusiakan manusia.
Mengajar bukan sekadar menyampaikan materi, melainkan menanamkan nilai dan menghidupkan jiwa. Karena pada akhirnya, ilmu tanpa adab hanya akan melahirkan generasi pintar tapi hampa, sedangkan ilmu yang disertai iman dan akhlak akan melahirkan generasi berkarakter, berakhlak, dan berprestasi.
Maka setiap hari di Darul Hikam 2, para guru terus berjuang dengan senyum, doa, dan kasih sayang — menjadi perpanjangan tangan dari Rasulullah ﷺ dalam tugas mulia: mendidik dengan hati, membimbing dengan teladan, dan menuntun menuju keberkahan hidup.